Duta edisi September

Rubiah Kapusines
Dalam Hidup Kontemplatif
Hidup kontemplatif merupakan salah satu kharisma bagi para rubiah Kapusines yang hidup dalam panggilan doa. Cara hidup ini selalu dipertahankan peranannya sebagai citra Tubuh Mistik Kristus, yaitu Gereja. Dalam kesehariannya, para kontemplatif membangun hidup yang tersembunyi bersama kristus di dalam Allah. Dari sisi inilah mengalir cinta kasih kepada sesama demi keselamatan dunia dan gereja. Apa saja yang menjadi kekuatan bagi Rubiah dalam hidupnya?
Perayaan Ekaristi, rutinitas sesudah ibadat pagi, para rubiah menghadiri Perayaan Ekaristi yang menjadi “Puncak” dari seluruh kegiatan, baik doa maupun berkarya. Dengan menyambut Tubuh dan Darah Kristus baik dalam sakramen Mahakudus maupun secara rohani merupakan sumber kekuatan jiwa dan raga mereka.
Ofisi Ilahi/Ibadat Harian, Menurut Tradisi Kristiani Kuno Ibadat harian disusun sedemikian rupa, sehingga seluruh kurun hari dan malam disucikan dengan pujian kepada Allah. Para rubiah secara khusus ditugas Gereja untuk mendoakan Ibadat Harian atas nama Gereja. Ibadat Harian terdiri dari Ibadat pagi (Laudes), sore(Vesper) yang dirayakan lebih meriah. Sedangkan ibadat singkat diberikan pada siang hari diantara waktu kerja, dan kompletorium (ibadat penutup) sebagai doa malam. Untuk ibadat bacaan (matutinum) memiliki cirri pujian malam, sehingga beberapa kali seminggu juga didoakan tengah malam. Oleh Konsili juga dianjurkan dengan ibadat renungan Kitab Suci; oleh sebab itu boleh juga didoakan pada setiap saat yang cocok bagi komunitas yang bersangkutan.
Doa Batin dan Devosi, Disamping seluruh perayaan Liturgi Suci, para suster masih mengkhususkan dua kali sehari selam satu jam untuk doa batin/meditasi dan kontemplasi pribadi. Semangat doa tentu harus terus diperdalam dengan mempelajari Kitab Suci, Bacaan Rohani, Latihan/bimbingan rohani. Di samping itu, masih ada praktik-praktik devosi sebagai ungkapan iman menurut aturan dimasing-masing biara, misalnya, Adorasi di depan Sakramen Mahakudus, Jalan Salib untuk merenungkan kisah sengsara Kristus, bermacam-macam penghormatan dan doa kepada Santa Maria atau devosi lainnya kepada orang-orang kudus.
Untuk membantu para rubiah dalam penghayatan hidup kontemplatif tersebut, maka mereka menjalani hidup Klausura (ketersembunyian) sebagai lambang pembaktian kepada Allah, hal ini sering disalahartikan oleh sebagian kalangan yang menganggap mereka (Suster Slot) hidup terpingit atau tersembunyi secara sempit. Ada baiknya kita merefleksikan kata-kata bijak “Apa yang bodoh bagi dunia dipilih oleh Allah, untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia dipilih Allah, untuk memalukan orang-orang kuat.” (1 Kor.1:27). Dalam hal ini Kristus beserta Ibu-Nya sendiri menjadi teladan hidup tersembunyi selama 30 tahun, dan hanya 3 tahun Yesus tampil di muka umum. Klausura itu bukan suatu paksaan yang mengendalikan gerak manusia, melainkan memberikan kebebasan hati bagi orang yang dengan rela karena cinta pada Allah dan sesama, memilih dan memeluknya. Selain itu, dalam menghayati hidup kontemplatih para rubiah menjiwai keheningan (Silentium). Suasana hening mutlak bagi setiap rubiah untuk hidup bersamadi. Keheningan itu memberikan relasi dengan Allah. Di tempat sunyi semacam ini kita dapat merenungkan segala keterbatasan yang dimiliki untuk menerima dirinya apa-adanya. Dalam penghayatannya juga para rubiah hidup penuh dengan persaudaraan. Barangkali ini kata yang tepat untuk menyatakan keinginan Klara dan Fransiskus terhadap ordonya. Pertemuan Komunitas menjadi suatu sarana untuk mempertebal rasa persaudaraan. Dengan kata lain Yang satu ada untuk Melayani yang lain.
Dalam kekaryaannya dalam ordo Kapusines, Santa Kalara menyebut hal bekerja itu sebagai suatu anugerah Tuhan. Bekerja dan Berkarya adalah perlu untuk kehidupan sehat baik secara jasmani maupun rohani. Pekerjaan yang biasanya ditangani oleh para suster Klaris Kapusines (Suster Slot) antara lain, berkebun, mencetak lilin, membuat hosti, menjahit paramen (pakaian gereja), membuat rosario, dan masih banyak lagi yang lainnya. Bentuk karya tersebut tidak merupakan sumber nafkah tetap bagi mereka, tetapi suatu amal karya kasih untuk gereja. “Hendaklah kita dengan setia dan tekun menangani pekerjaan yang pantas bagi cara hidup kita dan yang bermanfaat bagi sesama”, (Santa Klara) .A.Oyent.

Sumber: Kenangan 8 Abad Kelahiran St. Klara dari Asisi 1193-1994.

Tinggalkan komentar