NON SCHOLAE SED VITAE DISCIMUS

Nyarumkop, Merujuk pada visi dam misi pendidikan Persekolahan Katolik Nyarumkop(PKN) yakni “Membentuk manusia berjiwa kristiani, dewasa secara intelektual dan emosional, memiliki disiplin diri yang tinggi serta professional dalam menyelenggarakan pembangunan Gereja dan Negara”yang diwujudkan dalam bentuk kegiatan intrakurukuler dan ekstrakurikuler dalam pendampingan dan pembinaan para siswa dan siswinya, bertempat di aula PKN beberapa waktu lalu (12/7) Pimpinan Umum, kepala Sekolah beserta staff karyawan dan dewan guru mengadakan pertemuan bersama orang tua /wali siswa-siswi baru tahun pelajaran 2008/2009. Pertemuan yang dilaksanakan ini dibagi dalam beberapa sessi yang dimulai pada pk.08.00 dan berakhir pada pk 15.00 berlangsung dengan suasana kekeluargaan. Pemateri pertama yang disampaikan oleh Pastor Frans Yosnianto, OFM Cap. selaku Pimpinan Umum PKN memaparkan antara lain sejarah singkat perkembangan Persekolahan, Pengenalan jenjang-jenjang pendidikan, beasiswa prestasi, ansuransi kesehatan, serta tata tertib persekolahan. Dalam kesempatan ini beliau , mengajak kepada segenap orang tua/wali untuk bersama-sama mewujud dan mendukung proses pembinaan intelektual peserta didik menjadikan mereka bagian masyarakat yang berwawasan sesuai dengan visi dan misi PKN. Dengan pameo Non Scholae Sed Vitae Discimus (belajar bukan untuk mengejar angka-angka melainkan belajar untuk hidup/values) diharapkan kepada segenap siswa untuk dapat menyelesaikan proses pembelajaran selama 3 tahun dengan bekal ilmu yang dapat diaplikasikan dalam hidup setelah menamatkan studinya di PKN. “Lebih baik Lulus dengan Ilmu daripada Lulus tanpa Ilmu, tegasnya kembali. Mengakhiri penyampaian materinya, P. Frans Yosnianto, OFM Cap. mengucapkan terima kasih kepada orang tua/wali yang telah mempercayai Persekolahan Katolik Nyarumkop untuk mendampingi/mendidik putra-putrinya.

Sebelum sessi kedua, para orang tua/wali dan siswa/I disuguhkan dengan hiburan tarian tradisonal dan hiburan band yang ditampilkan oleh siswa kelas XI yang mampu memberikan suasana semakin akrab. Setelah itu dilanjutkan dengan pemateri kedua yaitu dari Lembaga Psikologi Terapan Grahita Indonesia (LPTGI) yang disampaikan oleh Drs. Sutrisno. Pada kesempatan itu, mengungkapkan beberapa hal yang berkenaan dengan perkembangan anak, khususnya dibidang IQ dan EQ. Disini ditegaskan bahwa kecerdasan intelektual (IQ) tidak semata-mata dapat diukur dengan prestasi belajar melainkan juga dilihat dari perkembangan Emosional intelegency (EQ). Karena EQ sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam mengikuti proses pembalajaran. Kemampuan EQ siswa sangat turut menentukan untuk memilih program ilmu-ilmu IPA dan IPS oleh karena itu diharapkan kepada pihak sekolah untuk dapat mengkaji kemampuan emosional siswa terhadap pembagian jurusan yang tidak hanya lihat dari intelektualnya saja. Dalam kesempatan itu juga LPTGI menghimbau kepada para orang tua untuk mendidik anak dengan kasih sayang tanpa kekerasan dalam lingkungan keluarga. Dia juga mengharapkan kepada siswa/I untuk tidak bangga dulu terhadap hasil yang dicapai selama mengikuti proses belajar (intelektual) karena bagaimanapun pintarnya seseorang tanpa didukung kemampuan emosional maka akan menjadi sia-sia saja demikian ujarnya.

Setelah penyampaian materi kedua, dilanjutkan dengan pertemuan dimasing-masing unit (SMA/SMP) dengan ikhtisar kebijakan-kebijakan/program di masing-masing unit. Kegiatan tersebut dikoordinir oleh kepala sekolah, pamong asrama, dan dewan guru. Hal-hal teknis tentang asrama dan sekolah menjadi wacana penting dalam pertemuan tersebut. P. B. Meriko, OFM Cap., selaku kepala sekolah mengajak kepada orang tua dan siswa untuk melihat visi sekolah “Sanctitas, Sanitas, Scientia” sebagai wadah pembentukan dan pengembangan generasi muda yang berbudi pekerti luhur, sehat, dan cerdas baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Setelah pemaparan visi dan misi sekolah oleh kepala sekolah dilanjutkan dengan kurikulum oleh Drs.P. Sukoco Irianto, dan dilanjutkan dengan pendeskripsian hidup dikomunitas asrama seminari yang disampaikan oleh Romo Alexsius Pr. Sementara itu di asrama Timonong , Pembina, kepala sekolah, dan staf dewan guru juga membicarakan hal yang sama tentang visi dan misinya.
“Kami menitip anak-anak di sini (PKN) supaya mereka dapat mandiri, disiplin, dan belajar hidup teratur “ ujar Viator, bapak dari Paroki Pahauman sambil berharap. Menurut dia, anak-anak usia remaja dewasa ini rawan akan KKN (Karaoke. Kolok-kolok, Nyocok) yang sudah merambah kekampung-kampung, saya merasa khawatir situasi social saat ini. Banyak anak-anak berangkat ke sekolah namun tidak sampai di tujuan. Sementara itu bapak B. Mamang asal Bonti Sanggau Kapuas mengungkapkan keinginan anaknya mengenyam pendidikan di Nyarumkop karena keinginan sendiri sambil mencicil benih-benih panggilan untuk melanjutkan ke seminari tinggi. Selain itu ia melihat sekecil apa pun tabiat anak-anak di komplek persekolahan ini dapat dipantau langsung oleh para akademis. Proficiat! A.Oyent.

Tinggalkan komentar